Kamis, 06 Juni 2013

teologi


BAB I
                                                  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu Kalam (teologi) adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama Islam. Tiga lainnya ialah disiplin-disiplin keilmuan Fiqih, Tasawuf, dan Falsafah. Ilmu Fiqih membidangi segi-segi formal peribadatan dan hukum, sehingga tekanan orientasinya mengenai hal-hal lahiriah. Ilmu Tasawuf membidangi segi-segi penghayatan dan pengamalan keagamaan yang lebih bersifat pribadi, sehingga tekanan orientasinya pun sangat esoteristik, mengenai hal-hal batiniah. Kemudian Ilmu Falsafah membidangi hal hal yang bersifat perenungan dan pemikiran tentang hidup ini dan lingkupnya secara luas, sedangkan ilmu kalam mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai derivasinya.
Teologi islam sebagai salah satu dari disiplin ilmu telah tumbuh dan menjadi bahagian dari tradisi kajian tentang agama islam pada zaman klasik. Islam memandang perkembangan ilmu ini merupakan bahagian internal kehidupan seorang muslim secara utuh, karena manusia diharuskan mengembangkan ilmu seoptimal mungkin. Manusia diberi otonomi penuh untuk mengembangkanya, asalkan aplikasi dari ilmu itu sesuai dengan ajaran islam yang dilandasi rasa takwa kepada Allah SWT.

B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian teologi islam
2.      Kebangkitan islam modern
3.      Tokoh-tokoh teologi islam kontemporer dan berbagai pemikirannya




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Teologi Islam
Teologi Islam merupakan ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu agama. Teologi dalam Islam disebut juga ‘ilm al-tauhid. Kata tauhid mengandung arti satu atau Esa dan ke-Esaan dalam pandangan Islam, sebagai agama monoteisme, merupakan sifat terpenting di antara segala sifat-sifat Tuhan. Selanjutnya teologi Islam disebut juga ‘ilm al-kalam. Kalam adalah kata-kata. Kalau yang dimaksud dengan kalam ialah sabda Tuhan maka teologidalam Islam disebut ‘ilm kalam, karena soal kalam, sabda Tuhan atau Al-Qur’an pernah menimbulkan pertentangan-pertentangan keras di kalangan umat Islam di abad, sehingga timbul penganiayaan dan pembunuhan-pembunuhan terhadap sesama muslim.
B.     Kebangkitan Islam Modern
Akar hubungan antara pemikiran islam dengan imperialisme Barat dapat dilacak ketika bara[1]t menguasai dunia islam pada abad ke 19. Kontak ini memang bukan pertama kali, karena pada empat abad pertama hijriyah kontak serupa telah terjadi. Dimulai ketika umat islam dengan percaya diri menerjemah khazanah ilmu dan filsafat yunani. Kondisi umat islam pada saat tersebut mudah menyerap kebudayaan baru dan mengembangkannya, sehingga tidak sampai merusak paradigm keislaman umat. Berbeda dengan abad 19, kondisi umat islam sedang rapuh dan pemikiran baru dengan mudah masuk  sehingga mengakibatkan  rusaknya  tatanan keislaman.
Tidak heran jika kontak mutahir itu mendatangkan kebaikan dan keburukan sekaligus. Mendatangkan kebaikan karena telah membuat umat tertarik pada teknologi modern tetapi mendatangkan keburukan karena mengakibatkan keberagamaan umat semakin terpuruk. Dengan adanya pemikiran islam modern mencerminkan kebebasan pikiran dari setiap prasangka dan aliran tertentu.
C.    Tokoh-tokoh teologi islam kontemporer dan  bentuk pemikirannya
1. Syekh Muhammad Abduh sebenarnya bernama asli Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Beliau lahir di desa Mahallat Nashr kabupaten Al-Buhairah di Mesir, pada tahun 1849 M. Pemikiran-pemikiran kalam yang membedakan akal dan wahyu menurut Abduh adalah sebagai berikut:
1.           Membebaskan akal pikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagaiman haknya salaf al-ummah (ulama sebelum abad ke-3 Hijrah), sebelum timbulnya perpecahan, yakni memahami langsung dari sumber pokoknya, yakni Al-Quran.
2.           Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam percakapan resmi di kantor-kantor pemerintah maupun dalam tulisan-tulisan di media massa.
            Menurut Abduh, akal dapat mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1.      Tuhan dan sifat-sifat-Nya
2.      Keberadaan hidup di akhirat
3.      Kebahagiaan jiwa di akhirat
4.      Kewajiban manusia mengenal Tuhan
5.      Kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiaan di akhirat
6.      Hukum-hukum mengenai kewajiban-kewaajiban
                        Menurut Abduh, selain daya pikir manusia juga mempunyai kebebasan memilih yang merupakan sifat dasar alami dalam diri manusia. Manusia dengan akalnya mampu mempertimbangkan akibat perbuatan yang dilakukannya, kemudian mengambil keputusan dengan kemauannya sendiri, dan kemudian mewujudkan perbuatannya itu dengan daya yang ada dalam dirinya.
                        Karena manusia menurut hukum alam dan sunnatullah mempunyai kebebasan dalam menentukan kemauan dan daya untuk muwujudkan kemauan, faham perbuatan yang dipaksakan manusia tidak sejalan dengan pandangan hidup Muhammad Abduh. Menurutnya manusia mempunyai kemampuan berpikir dan kebebasan dalam memilih namun tidak memiliki kebebasan absolut.
2.    Muhammad Iqbal, lahir di Sialkot pada tahun 1873. Ia merupakan seorang filosof eksistensialis.  Menurutnya, kemunduran islam disebabkan kebekuan umat islam dalam pemikiran dan ditutupnya pintu ijtihad. Hal inilah yang dianggapnya sebagai penyimpangan dasar semangat islam.
                        Besarnya penghargaan Iqbal terhadap gerak dan perubahan ini membawa perubahan yang dinamis tentang Al-Quran dan hukum islam. Tujuan di turunkannya Al-Quran, munurutnya adalah membangkitkan kesadaran manusia sehingga mampu menerjemahkan dan menjabarkan nas- nas Al- Quran yang masih global dalam realita. Inilah yang dalam rumusan fiqh disebut ijtihad yang oleh Iqbal disebutnya sebagai prinsip gerak dalam struktur islam.
            Diantara pendapat-pendapatnya adalah:
a.       Hakikat Teologi
                 Secara umum ia melihat teologi sebagai ilmu yang dimensi keimanan. Pandangan tentang teologi membuatnya berhasil melihat anomali (penyimpangan) yang melekat pada literatur ilmu kalam klasik. Teologi asy’ariiyah, umpamanya, menggunakan cara dan pola pikir ortodoksi islam. Mu’tazilah sebaliknya, terlalu jauh bersandar pada akal, yang akibatnya mereka tidak menyadari bahwa dalam wilayah pengetahuan agama, pemisahan antara pemikiran keagamaan dari pengalamam kongrit merupakan kesalahan besar.
b.      Pembuktian Tuhan
                 Dalam membuktikan eksistensi Tuhan, Iqbal menolak argumen teleologis maupun ontologis. Ia juga menolak argumen teliologis yang berusaha membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar. Walaupun demikian, ia menerima landasan teleologis yang imanen (tetap ada). Jadi Iqbal telah menafsirkan Tuhan yang imanen bagi alam.

c.       Jati Diri Manusia
                 Faham dinamisme Iqbal berpengaruh besar terhadap jati diri manusia. Dapat dilihat konsepnya tentang ego, ide sentral dalam pemikiran filosofisnya. Kata itu diartikan dengan kepribadian. Manusia hidup mengetahui kepribadiannnya serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya. Pada hakikatnya menafikan diri bukanlah ajaran islam karena hakikat hidup adalah bergerak, dan gerak adalah perbuatan.
d.      Dosa
                 Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa Al-Quran menanpilkan ajaran tentang ego manusia yang bersifat kreatif.
e.       Surga dan Neraka
       Surga dan neraka, kata Iqbal adalah keadaan, bukan tempat.
3. Harun Nasution lahir pada hari Selasa, 23 September 1919 di Sumatera. Ia adalah figure sentral dalam jaringan intelektual yang terbentuk di kawasan IAIN Ciputat semenjak parih kedua dasawarsa 70-an. Sentralitas Harun Nasution di dalam jaringan itu banyak ditopang oleh kapasitas intelektualnya, juga oleh kedudukan formalnya sebagai rektor sekaligus salah seorang pengajar di IAIN.
Bentuk-bentuk pemikiran kalam harun nasution
a.       Peranan akal
Besar kecilnya peranan akal dalam sistem teologi suatu aliran sangat menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam. Ia menulis demikian, “Akal melambangkan kekuatan manusia”, karena dengan melalui akal, manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukan hal lain di  sekitarnya.
b.      Pembaharuan teologi
Umat Islam dengan teologi fatalistik, irasional, pre-determinisme serta penyerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat Islam, umat Islam hendaknya mengubah teologi mereka menuju teologi yang berwatak rasional serta mandiri. Tidak heran jika teori modernisasi ini selanjutnya menemukan teologi dalam khasanah Islam klasik sendiri, yakni teologi Mu’tazilah.     
c.       Hubungan akal dan wahyu
Hubungan wahyu dan akal memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal mempumyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an serta tetap tunduk kepada teks wahyu. Akal dipakai untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi pemahaman terhadap teks wahyu sesuai dengan kecenderungan dan kesanggupannya. Jadi yang mengakibatkan pertentangan dalam Islam sebenarnya adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain.
4. Hanafi dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1935 di Kairo. Ia berasal dari keluarga musisi dan aktif mengikuti diskusi kelompok Ikhwan Al-Muslimin. Oleh karena itu, sejak kecil ia telah mengetahui pemikiran yang dikembangkan kelompok itu dan aktivitas sosialnya.
Dari sekian banyak tulisan Hanafi, Kiri Islam (Al-Yasar Al-Islami) merupakan salah satu puncak sublimasi pemikirannya semenjak revolusi 1952. Meskipun baru memuat tema-tema pokok dari proyek besar Hanafi, karya ini telah memformulasikan satu kecenderungan pemikirn yang ideal tentang bagaimana seharusnya sumbangan agama bagi kesejahteran umat manusia.
Bentuk-bentuk pemikiran kalam hasan hanafi adalah
a)      Kritik terhadap teologi tradisional
Hanafi menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual sistem kepercayaan (teologi) sesuai dengan perubahan konteks politik yang terjadi. Dan memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran murni yang hadir dalam kehampaan kesejahteraan, melainkan merefleksikan konflik-konflik social politik.
Teologi demikian, bukanlah ilmu tentang Tuhan, karena Tuhan tidak tunduk kepada ilmu. Tuhan mengungkapkan diri dalam sabda-Nya yang berupa wahyu. Hanafi juga mengemukakan bahwa teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah pandangan yang benar-benar hidup dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan konkret umat manusia. Teologi tradisional gagal menjadi semacam ideologi yang sungguh-sungguh fungsional bagi kehidupan nyata masyarakat muslim. Kegagalan para teolog tradisional disebabkan oleh sikap para penyusun teologi yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia. Akibatnya, muncul keterpecahan antara keimanan teoritik dengan amal praktisnya di kalangan umat.
b)      Rekonstruksi teologi
Menurut Hanafi mungkin untuk memfungsikan teologi menjadi ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi masa kini, yaitu dengan melakukan rekonstruksi dan revisi serta membangun kembali epistimologi lama yang rancu menuju epistimologi baru yang sahih dan signifikan. Tujuan rekonstruksi teologi Hanafi adalah menjadikan teologi tidak sekedar paradigma keagamaan yang kosong, melainkan  sebagai ilmu yang menjadikan keimanan-keimanan tradisional memiliki fungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motivasi manusia.











BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Teologi Islam merupakan ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu agama. Teologi dalam Islam disebut juga ‘ilm al-tauhid. Kata tauhid mengandung arti satu atau Esa dan ke-Esaan dalam pandangan Islam, sebagai agama monoteisme, merupakan sifat terpenting di antara segala sifat-sifat Tuhan.
Teologi Islam merupakan ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu agama.Pemikiran islam dengan imperialisme Barat dapat dilacak ketika barat menguasai dunia islam pada abad ke 19. Kontak ini bukan yang  pertama kali, karena pada empat abad pertama hijriyah kontak serupa telah terjadi.

Daftar Pustaka

Abdillah.2000.Dinamika Islam Kultural Pemetaan Atas Wacana Keislaman Kontemporer. Bandung: Mizan
Gibb, H.A.R 1992. Aliran- Aliran Modern Dalam Islam. Jakarta: rajawali
Halim, A. 2002. Teologi Islam Rasional, Jakarta: Ciputat Press
Jahja, 1996. Teologi Al- Ghazali Pendekatan Metodologi, Yogyakarta : Pustaka      Belajar Offset
Nasution, Harun. 2008. Teologi Islam Aliran- Aliran Sejarah Analisa Perbandingan
Hanafi. Pengantar Theologi Islam, (cet. 5 – Jakarta : pustaka al husna, 1989), hal 50



[1] Hanafi. Pengantar Theologi Islam, (cet. 5 – Jakarta : pustaka al husna, 1989), hal 50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar