Jumat, 07 Juni 2013


ETIKA BERBAHASA DALAM BERKOMUNIKASI
Oleh : Muhammad Mahfudh Fauzi
111522 / PBA-B

A. Pendahuluan
            Alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah bahasa. Bahasa merupakan perkataan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran. Sebagai alat komunikasi bahasa mempunyai beberapa aturan tertentu yang disesuaikan dengan situasi dan komunikan yang menggunakannya.
            Perilaku berbahasa seseorang dapat dijadikan tolok ukur keberadaan suatu bangsa. Pepatah mengatakan bahasa adalah cermin pribadi seseorang karena melalui tutur kata perilaku seseorang dapat secara mudah dinilai. Tutur kata yang baik, lemah lembut, dan sopan santun yang dilakukan seseorang mencerminkan sebagai pribadi yang baik dan berbudi. Sebaliknya bila perkataan seseorang buruk, citraan buruklah yang akan melekat pada pribadi orang tersebut. Dengan ini dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa juga dapat menjadi alat kekerasan verbal yang terwujud dalam tutur kata seperti memaki, memfitnah, menghasut, menghina dan lain sebagainya. Hal itu akan berdampak negatif dalam perilaku seseorang seperti permusuhan, perkelahian, aksi anarkisme, provokasi dan lain sebagainya.

B. Pembahasan
            Secara umum etika merupakan cabang filsafat yang bertugas mencari ukuran tingkah laku manusia, serta merupakan dasar tingkah laku manusia bagaimana harus bertindak. Namun pemahaman lebih jelas menyebutkan bahwa etika tidak menetapkan perkara yang boleh dilakukan dan perkara yang dilarang.
Etika pada dasarnya merupakan dialektika antara kebebasan dan tanggung jawab antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu.[1]
            Bahasa mempunyai ikatan yang erat dalam proses komunikasi. Tidak ada satu proses komunikasipun yang tidak melibatkan bahasa. Komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pesan dari pembicara kepada lawan bicara (pendengar). Mengingat kenyataan bahwa dalam berkomunikasi kita dihadapkan kepada lawan bicara yang sangat beragam, oleh karena itu keberhasilan komunikasi akan sangat ditentukan oleh bagaimana cara kita menyampaikan pesan. Tidak jarang dalam keseharian kita dapati komunikasi yang kita lakukan tidak berhasil akibat ketidaktepatan cara berkomunikasi yang kita lakukan.
            Wardhaugh dalam bukunya An introduction to sociolinguistion menjelaskan ketika orang akan memulai berbicara paling tidak ada tiga hal yang harus diperhatikan agar komunikasi berjalan efektif. Pertama apa yang akan dibicarakan, kedua dengan siapa akan berbicara dan ketiga bagaimana cara membicarakannya. Dalam hal ini terkait dengan pemilihan ragam bahasa, jenis kalimat, kosa kata, bahkan tinggi rendahnya saat berbicara. Keputusan mengenai mana yang akan dicapai sangat tergantung pada sejauh mana hubungan sosial dengan lawan bicara.
            Seorang presiden yang sedang berdiri di depan forum resmi tentulah harus menggunakan bahasa formal (baku). Demikian juga seorang guru yang mengajar di depan kelas menyampaikan pelajaran kepada murid-muridnya atau seorang dosen yang yang memberikan pelajaran mata kuliah kepada mahasiswanya. Hal ini musti dilakukan karena situasinya adalah situasi formal. Seorang presiden dalam forum resmi tentunya tidak tepat jika menggunakan ragam bahasa santai misalnya dengan menggunakan dialek lokal. Demikian juga seorang kuli bangunan misalnya yang sedang bercakap-cakap dengan temannya sesama kuli, tentu menggunakan ragam bahasa seperti yang  biasa mereka gunakan. Bahasa mereka tentu bukan bahasa baku, tetapi ragam bahasa santai dan dengan dialek lokal.
            Ada dua macam komunikasi bahasa yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Dalam komunikasi searah, hanya ada pembicara dan pendangar. Hal ini terjadi dalam komunikasi yang bersifat memberitahukan seperti khutbah di masjid, ceramah yang tidak diikuti tanya jawab dan lain sebagainya. Sedangkan dalam komunikasi dua arah pembicara dapat menjadi pendengar dan pendangar dapat berubah menjadi pembicara. Komunikasi dua arah dapat terjadi dalam rapat, diskusi, perundingan dan lain sebagainya.
            Agar komunikasi berjalan lancar dengan baik, pendengar maupun pembicara harus mengetahui situasi lingkungan dan menguasai bahasa dengan baik. Oleh sebab itu pembicara terkadang memanfaatkan alat bantu bicara torotis dan alat bantu visual (gambar, slide, flim, skema, denah), alat pendengar dan pengeras suara, karena terkadang harapan berkomunikasi tidak tercapai yang disebabkan oleh daya serap verbal pihak pendengar, pemilihan kata dan keadaan lingkungan saat komunikasi berlangsung.
            Dalam berkomunikasi perlu diperhatikan mengenai siapa yang diajak berbicara, bagaimana suasana hati pendengar, pemilihan kata yang tepat dan mudah dimengerti oleh pendengar. Pengucapan yang jelas serta kalimat yang tidak terlalu panjang juga sangat diperlukan dalam proses berkomunikasi.
            Dalam kaitannya dengan komunikasi etika memiliki kaitan erat, karena berbagai pertimbangan yaitu:
a)      Proses komunikasi selalu berhubungan dengan masyarakat yang beragam beserta moralitasnya, dengan kata lain proses komunikasi yang berhadapan dengan komunikan yang berbeda-beda agama, suku, ras dan sebagainya.
b)      Proses komunikasi melibatkan unsur media sebagai alat penyampai pesan yang memberikan stimulus dan efek yang berbeda.
c)      Masyarakat sebagai komunikan selalu berada dalam transformasi yang menyebabkan perubahan dalam cara berfikir. Etika digunakan sebagai sarana peneguh agar komunikasi yang dilakukan tetap sesuai dengan budaya norma serta nilai yang berlaku.
d)     Masyarakat sebagai objek kominikasi juga menerima pesan-pesan dari luar yang memiliki nilai-nilai , norma, dan budaya yang berbeda. Dalam hal ini etika digunakan untuk menghadapi nilai-nilai, norma dan budaya dari luar secara kritis dan objektif untuk membentuk penilaian sendiri.

Dari konteks hubungan antara etika dengan komunikasi maka dapat disimpulkan bahwa konsep etika memiliki makna sebagai standar perilaku yang baik dan benar, yang memungkinkan menjalankan aktivitas komunikasi secara etis dalam konteks hubungan serta moralitas tertentu. Oleh karenanya ada beberapa prinsip dalam etika komunikasi , prinsi-prinsip tersebut adalah:
1)      Prinsip Kejujuran dalam Pesan
a)      Pesan harus sungguh-sungguh menyatakan realitas yang sebenar-benarnya.
b)      Menghindari upaya manipulasi dengan motif apapun.
2)      Prinsip Manusia Sebagai Pribadi
a)      Interaksi yang dilakukan dan isi pesan yang disampaikan harus menghormati manusia sebagai pribadi.
b)      Menghormati hak dan tanggung jawab terhadap pemilihan pesan yang ditentukan.
c)      Pesan ekonomi tidak menjebak manusia dalam kondisi bertindak irasional.
3)      Prinsip Tanggung Jawab
a)      Setiap proses komunikasi akan selalu mengakibatkan dampak pada aspek kognitif, afektif dan konasi. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat positif dan negatif.
b)      Prinsip tanggung jawab sosial lebih menekankan pada minimalitas dampak negatif disamping juga diperuntutkan sebagai cara untuk melakukan kontrol sosial.[2]
Dalam proses komunikasi terdapat pembedaan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa, maka etika komunikasi terbagi menjadi dua konsep. Thomas Nilsen dalam bukunya Ethis of Speech Communication menawarkan standar etis dalam komunikasi interpersonal dengan saran sikap sebagai berikut:
a)      Penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang umur, status atau hubungan dengan pembicara.
b)      Penghormatan terhadap ide, perasaan, maksud dan integritas orang lain.
c)      Sikap suka memperbolehkan, keobjektifan dan keterbukaan pikiran yang mendorong kebebasan berekspresi.
d)     Penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang rasional.
e)      Terlebih dahulu mendengarkan dengan hati dan berempati sebelum menyatakan persetujuan atau ketidak setujuan.
Dalam aplikasinya, pokok etika komunikasi interpersonal dapat dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan antara lain:
a)      Jujur dan terus terang dalam keyakinan dan perasaan pribadi.
b)      Dalam setiap kelompok dan budaya ketergantungan dinilai lebih baik dari pada individualisme, menjaga keharmonisan hubungan sosial lebih etis dari pada menyatakan pikiran.
c)      Informasi harus disampaikan dengan tepat dengan meminimalisir penyimpangan makna.
d)     Konsistensi makna yang disampaikan dalam petunjuk verbal dan non verbal.
e)      Tidak etis apabila dengan sengaja menghalangi proses komunikasi seperti memotong pembicaraan sebelum seseorang selesai berbicara atau secara non verbal mengalihkan dari subjek yang dimaksudkan.[3]
Sedangkan dalam proses komunikasi massa, pokok-pokok etika yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1)      Fairness
Seorang komunikator dalam menyampaikan pesan haruslah jujur, tidak mendustakan informasi yang disampaikan. Fairness dalam hal ini juga bersifat objektif terhadap fakta dan data. Selain itu fairness juga dimaksudkan bertindak adil, tidak memihak (netral), serta menunjukkan akan kewajaran serta kepatutan. Seandainya fairness ini dilanggar maka masyarakat tidak tidak akan percaya lagi pada komunikasi.

2)      Accuracy (akurasi/ketepatan)
Akurasi adalah ketepatan pada pesan yang disampaikan pada khalayak. Akurasi hanya bisa didapat dengan penelitian yang cermat. Berbagai cara untuk penelitian informasi demi kejernihan data karena komunikator memiliki tanggung jawab etis untuk memeriksa ulang ketepatan bukti dan penalaran yang diajukan sebelum disampaikan pada khalayak.
3)      Bebas dan Bertanggung Jawab
Prinsip kebebasan dalam komunikasi masa ini mengandung pengertian bahwa komunikator mempunyai kebebasan untuk mencari, mengumpulkan serta menyampaikan pesan pada khalayak. Dibalik kebebasan tersebut terdapat tanggung jawab kebenaran dalam pesan yang disampaikan, karena tidak ada masyarakat yang dapat mentoleransi kebebasan sepenuhnya dalam menyampaikan pesan.
Komunikator yang bertanggung jawab akan menganalisis setiap tuntutan dengan hati-hati mempertimbangkan yang mungkin dan secara sadar menimbang nilai-nilai yang relevan. Secara singkat komunikator yang bertanggung jawab adalah komunikator yang dapat menjawab, menggunakan kemampuan untuk menanggapi setiap kebutuhan komunikasi dengan berbagai pihak dengan cara yang peka, cermat dan tepat.
4)      Kritik Konstruktif
Pelaksanaan untuk melakukan perbaikan terhadap setiap kejadian penyimpangan oleh komunikator dalam komunikasi massa harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap keselamaan, kesejahteraan dan kebenaran. Etika disini lebih menekankan sejauh mana komunikator ikut serta menyampaikan kebebasan.[4]


 C. Daftar Pustaka
Johannesen, Richard L. 1996. Etika Komunikasi, Rosda Karya: Bandung.
Salam, Burhanuddin. 1997. Etika Sosial, Rineka Cipta: Jakarta.
Sosiawan. 2003. Bahan Ajar Etika dan Filsafat Komunikasi, FISIP UPNVY.


[1] Burhanuddin, Salam. 1997. Etika Sosial, Rineka Cipta: Jakarta. Hlm.5.
[2] Richard L, Johannesen. 1996. Etika Komunikasi, Rosda Karya: Bandung. hlm.11.
[3] Sosiawan. 2003. Bahan Ajar Etika dan Filsafat Komunikasi, FISIP UPNVY. hlm.73.
[4] Ibid. hlm. 74.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar