ETIKA
BERBAHASA DALAM BERKOMUNIKASI
Oleh : Muhammad Mahfudh
Fauzi
111522 / PBA-B
A.
Pendahuluan
Alat
komunikasi yang paling penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah bahasa.
Bahasa merupakan perkataan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran.
Sebagai alat komunikasi bahasa mempunyai beberapa aturan tertentu yang
disesuaikan dengan situasi dan komunikan yang menggunakannya.
Perilaku
berbahasa seseorang dapat dijadikan tolok ukur keberadaan suatu bangsa. Pepatah
mengatakan bahasa adalah cermin pribadi seseorang karena melalui tutur kata perilaku
seseorang dapat secara mudah dinilai. Tutur kata yang baik, lemah lembut, dan
sopan santun yang dilakukan seseorang mencerminkan sebagai pribadi yang baik
dan berbudi. Sebaliknya bila perkataan seseorang buruk, citraan buruklah yang
akan melekat pada pribadi orang tersebut. Dengan ini dapat diambil kesimpulan
bahwa bahasa juga dapat menjadi alat kekerasan verbal yang terwujud dalam tutur
kata seperti memaki, memfitnah, menghasut, menghina dan lain sebagainya. Hal
itu akan berdampak negatif dalam perilaku seseorang seperti permusuhan,
perkelahian, aksi anarkisme, provokasi dan lain sebagainya.
B.
Pembahasan
Secara
umum etika merupakan cabang filsafat yang bertugas mencari ukuran tingkah laku
manusia, serta merupakan dasar tingkah laku manusia bagaimana harus bertindak.
Namun pemahaman lebih jelas menyebutkan bahwa etika tidak menetapkan perkara yang
boleh dilakukan dan perkara yang dilarang.
Etika pada dasarnya merupakan
dialektika antara kebebasan dan tanggung jawab antara tujuan yang hendak
dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu.[1]
Bahasa
mempunyai ikatan yang erat dalam proses komunikasi. Tidak ada satu proses
komunikasipun yang tidak melibatkan bahasa. Komunikasi pada hakekatnya adalah
proses penyampaian pesan dari pembicara kepada lawan bicara (pendengar).
Mengingat kenyataan bahwa dalam berkomunikasi kita dihadapkan kepada lawan
bicara yang sangat beragam, oleh karena itu keberhasilan komunikasi akan sangat
ditentukan oleh bagaimana cara kita menyampaikan pesan. Tidak jarang dalam
keseharian kita dapati komunikasi yang kita lakukan tidak berhasil akibat
ketidaktepatan cara berkomunikasi yang kita lakukan.
Wardhaugh
dalam bukunya An introduction to sociolinguistion menjelaskan ketika
orang akan memulai berbicara paling tidak ada tiga hal yang harus diperhatikan
agar komunikasi berjalan efektif. Pertama apa yang akan dibicarakan, kedua
dengan siapa akan berbicara dan ketiga bagaimana cara membicarakannya. Dalam
hal ini terkait dengan pemilihan ragam bahasa, jenis kalimat, kosa kata, bahkan
tinggi rendahnya saat berbicara. Keputusan mengenai mana yang akan dicapai
sangat tergantung pada sejauh mana hubungan sosial dengan lawan bicara.
Seorang
presiden yang sedang berdiri di depan forum resmi tentulah harus menggunakan
bahasa formal (baku ).
Demikian juga seorang guru yang mengajar di depan kelas menyampaikan pelajaran
kepada murid-muridnya atau seorang dosen yang yang memberikan pelajaran mata
kuliah kepada mahasiswanya. Hal ini musti dilakukan karena situasinya adalah
situasi formal. Seorang presiden dalam forum resmi tentunya tidak tepat jika
menggunakan ragam bahasa santai misalnya dengan menggunakan dialek lokal.
Demikian juga seorang kuli bangunan misalnya yang sedang bercakap-cakap dengan
temannya sesama kuli, tentu menggunakan ragam bahasa seperti yang biasa mereka gunakan. Bahasa mereka tentu
bukan bahasa baku ,
tetapi ragam bahasa santai dan dengan dialek lokal.
Agar
komunikasi berjalan lancar dengan baik, pendengar maupun pembicara harus
mengetahui situasi lingkungan dan menguasai bahasa dengan baik. Oleh sebab itu
pembicara terkadang memanfaatkan alat bantu bicara torotis dan alat bantu
visual (gambar, slide, flim, skema, denah), alat pendengar dan pengeras suara,
karena terkadang harapan berkomunikasi tidak tercapai yang disebabkan oleh daya
serap verbal pihak pendengar, pemilihan kata dan keadaan lingkungan saat
komunikasi berlangsung.
Dalam
berkomunikasi perlu diperhatikan mengenai siapa yang diajak berbicara,
bagaimana suasana hati pendengar, pemilihan kata yang tepat dan mudah
dimengerti oleh pendengar. Pengucapan yang jelas serta kalimat yang tidak
terlalu panjang juga sangat diperlukan dalam proses berkomunikasi.
Dalam
kaitannya dengan komunikasi etika memiliki kaitan erat, karena berbagai pertimbangan
yaitu:
a) Proses komunikasi selalu berhubungan
dengan masyarakat yang beragam beserta moralitasnya, dengan kata lain proses
komunikasi yang berhadapan dengan komunikan yang berbeda-beda agama, suku, ras
dan sebagainya.
b) Proses komunikasi melibatkan unsur media
sebagai alat penyampai pesan yang memberikan stimulus dan efek yang berbeda.
c) Masyarakat sebagai komunikan selalu
berada dalam transformasi yang menyebabkan perubahan dalam cara berfikir. Etika
digunakan sebagai sarana peneguh agar komunikasi yang dilakukan tetap sesuai
dengan budaya norma serta nilai yang berlaku.
d) Masyarakat sebagai objek kominikasi juga
menerima pesan-pesan dari luar yang memiliki nilai-nilai , norma, dan budaya
yang berbeda. Dalam hal ini etika digunakan untuk menghadapi nilai-nilai, norma
dan budaya dari luar secara kritis dan objektif untuk membentuk penilaian
sendiri.
Dari konteks
hubungan antara etika dengan komunikasi maka dapat disimpulkan bahwa konsep
etika memiliki makna sebagai standar perilaku yang baik dan benar, yang memungkinkan
menjalankan aktivitas komunikasi secara etis dalam konteks hubungan serta
moralitas tertentu. Oleh karenanya ada beberapa prinsip dalam etika komunikasi
, prinsi-prinsip tersebut adalah:
1) Prinsip Kejujuran dalam Pesan
a) Pesan harus sungguh-sungguh menyatakan
realitas yang sebenar-benarnya.
b) Menghindari upaya manipulasi dengan
motif apapun.
2) Prinsip Manusia Sebagai Pribadi
a) Interaksi yang dilakukan dan isi pesan
yang disampaikan harus menghormati manusia sebagai pribadi.
b) Menghormati hak dan tanggung jawab
terhadap pemilihan pesan yang ditentukan.
c) Pesan ekonomi tidak menjebak manusia
dalam kondisi bertindak irasional.
3) Prinsip Tanggung Jawab
a) Setiap proses komunikasi akan selalu
mengakibatkan dampak pada aspek kognitif, afektif dan konasi. Dampak yang ditimbulkan
dapat bersifat positif dan negatif.
b) Prinsip tanggung jawab sosial lebih
menekankan pada minimalitas dampak negatif disamping juga diperuntutkan sebagai
cara untuk melakukan kontrol sosial.[2]
Dalam proses
komunikasi terdapat pembedaan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa , maka etika
komunikasi terbagi menjadi dua konsep. Thomas Nilsen dalam bukunya Ethis of
Speech Communication menawarkan standar etis dalam komunikasi interpersonal
dengan saran sikap sebagai berikut:
a) Penghormatan terhadap seseorang sebagai
person tanpa memandang umur, status atau hubungan dengan pembicara.
b) Penghormatan terhadap ide, perasaan,
maksud dan integritas orang lain.
c) Sikap suka memperbolehkan, keobjektifan
dan keterbukaan pikiran yang mendorong kebebasan berekspresi.
d) Penghormatan terhadap bukti dan
pertimbangan yang rasional.
e) Terlebih dahulu mendengarkan dengan hati
dan berempati sebelum menyatakan persetujuan atau ketidak setujuan.
Dalam
aplikasinya, pokok etika komunikasi interpersonal dapat dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan
antara lain:
a) Jujur dan terus terang dalam keyakinan
dan perasaan pribadi.
b) Dalam setiap kelompok dan budaya
ketergantungan dinilai lebih baik dari pada individualisme, menjaga
keharmonisan hubungan sosial lebih etis dari pada menyatakan pikiran.
c) Informasi harus disampaikan dengan tepat
dengan meminimalisir penyimpangan makna.
d) Konsistensi makna yang disampaikan dalam
petunjuk verbal dan non verbal.
e) Tidak etis apabila dengan sengaja
menghalangi proses komunikasi seperti memotong pembicaraan sebelum seseorang
selesai berbicara atau secara non verbal mengalihkan dari subjek yang
dimaksudkan.[3]
Sedangkan dalam
proses komunikasi massa ,
pokok-pokok etika yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Fairness
Seorang
komunikator dalam menyampaikan pesan haruslah jujur, tidak mendustakan
informasi yang disampaikan. Fairness dalam hal ini juga bersifat objektif
terhadap fakta dan data. Selain itu fairness juga dimaksudkan bertindak adil,
tidak memihak (netral), serta menunjukkan akan kewajaran serta kepatutan.
Seandainya fairness ini dilanggar maka masyarakat tidak tidak akan percaya lagi
pada komunikasi.
2) Accuracy (akurasi/ketepatan)
Akurasi adalah
ketepatan pada pesan yang disampaikan pada khalayak. Akurasi hanya bisa didapat
dengan penelitian yang cermat. Berbagai cara untuk penelitian informasi demi
kejernihan data karena komunikator memiliki tanggung jawab etis untuk memeriksa
ulang ketepatan bukti dan penalaran yang diajukan sebelum disampaikan pada
khalayak.
3) Bebas dan Bertanggung Jawab
Prinsip
kebebasan dalam komunikasi masa ini mengandung pengertian bahwa komunikator
mempunyai kebebasan untuk mencari, mengumpulkan serta menyampaikan pesan pada
khalayak. Dibalik kebebasan tersebut terdapat tanggung jawab kebenaran dalam
pesan yang disampaikan, karena tidak ada masyarakat yang dapat mentoleransi
kebebasan sepenuhnya dalam menyampaikan pesan.
Komunikator yang
bertanggung jawab akan menganalisis setiap tuntutan dengan hati-hati
mempertimbangkan yang mungkin dan secara sadar menimbang nilai-nilai yang
relevan. Secara singkat komunikator yang bertanggung jawab adalah komunikator
yang dapat menjawab, menggunakan kemampuan untuk menanggapi setiap kebutuhan
komunikasi dengan berbagai pihak dengan cara yang peka, cermat dan tepat.
4) Kritik Konstruktif
Pelaksanaan
untuk melakukan perbaikan terhadap setiap kejadian penyimpangan oleh
komunikator dalam komunikasi massa
harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap keselamaan, kesejahteraan dan
kebenaran. Etika disini lebih menekankan sejauh mana komunikator ikut serta
menyampaikan kebebasan.[4]
C. Daftar Pustaka
Johannesen,
Richard L. 1996. Etika Komunikasi,
Rosda Karya: Bandung .
Salam,
Burhanuddin. 1997. Etika Sosial, Rineka
Cipta: Jakarta .
Sosiawan.
2003. Bahan Ajar Etika dan Filsafat
Komunikasi, FISIP UPNVY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar