BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jejak-jejak pertama sebuah
etika muncul dikalangan murid Pytagoras. Ia lahir pada tahun 570 SM di Samos di
Asia Kecil Barat dan kemudian pindah ke daerah Yunani di Italia Selatan. Ia
meninggal pada tahun 496 SM. Di sekitar Pytagoras terbentuk lingkaran murid yang tradisinya diteruskan selama dua
ratus tahun. Menurut mereka prinsip-prinsip
matematika merupakan dasar segala realitas. Mereka penganut ajaran
reinkarnasi, dan berpendapat badan adalah kubur jiwa. Agar jiwa dapat terbebas
dari badan, manusia perlu menempuh jalan pembersihan. Dengan bekerja dan
bertapa secara rohani, terutama dengan berfilsafat dan bermatematika, manusia
dibebaskan dari keterkaitan indrawi dan dirohanikan.
Seratus tahun kemudian,
Demokritos (460-371SM) bukan hanya mengajarkan bahwa segala sesuatu dapat
dijelaskan dengan gerakan atom. Sokrates (469-399 SM) tidak meninggalkan
tulisan, akan tetapi ajaranya mudah direkonstruksi karena sebagian besar
diketahui dari tulisa-tulisan Plato. Dalam dialog-dialog Plato, hampir selalu
Sokrates yang menjadi pembicara utama, sehingga tidak mudah untuk memastikan
pandangan aslinya atau pandangan Plato sendiri. Melalui dialog, Sokrates mau
membawa manusia kepada paham-paham etis yang lebih jelas dengan mengharapkanya
pada implikasi anggapanya sendiri. Dengan demikian manusia diantar kepada
kesadaran tentang apa yang sebenarnya baik dan bermanfaat.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika ?
2. Apa saja
aliran-aliran dalam etika ?
3. Apa objek
penyelidikan etika ?
4. Apa saja metode-metode dalam etika ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Etika
Etika secara etimologi berasal
dari kata yunani yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan
secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku
atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk[1].
Adapun yang dinilai dari filsafat etika adalah menyangkut perbuatan, tingkah
laku, gerakan, kata-kata. Sedangkan motif, watak dan suara hati sulit untuk
dinilai. Etika merupakan suatu ilmu, bukan sebuah ajaran. Tingkah laku sadar
dapat dinilai sedangkan tingkah laku tak sadar tidak dapat dinilai. Sedangkan
ruang lingkup etika meliputi bagaimana cara agar dapat hidup lebih baik,
berbuat baik dan menghindar dari keburukan.
B.
Pembagian Etika
Etika terbagi menjadi dua yaitu
etika diskriptif dan etika normatif. Diskriptif artinya menggambarkan,
melukiskan, menceritakan apa adanya tanpa memberikan penilaian,tidak memilih
mana yang baik dan mana yang buruk, serta tidak pula mengajarkan bagaimana
seharusnya berbuat. Sedangkan etika normatifsudah memberikan penilaian, mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan ma na yang harus
ditinggal.
Etika normatif terbagi menjadi
etika umum dan etika khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum
seperti apakah nilai, suara hati, motifasi perbuatan dan lain sebagainya. Etika
khusus adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip umum seperti etika dalam
pergaulan, etika dalam pekerjaan dan lain sebagainya.
Pembagian etika yang lain adalah
etika individual dan etika sosial. Etika individua membicarakan manusia sebagai
mahluk individu misalnya tujuan manusia hidup. Sedangkan etika sosial
membicarakan antar sesama manusia misalnya baik buruknya sebuah keluarga,
masyarakat dan negara.
Etika pada dasarnya mengamati
realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan
memeriksa kebiasaan, nilai, norma dan pandangan-pandangan moral secara kritis.
Etika menuntut pertanggung jawaban dan mau menyingkatkan kekacauan.
C.
Jenis-Jenis Etika
Etika
terdiri dari berbagai jenis, antara lain:
1. Ethics algedoncis yaitu etika yang memperbincangkan masalah
kesenangan dan penderitaan (pleasure and pain).
2. Bussines yaitu etika yang berlaku dalam perhubungan dagang.
3. Education yaitu etika yang berlaku dalam perhubungan pendidikan.
4. Hedonisme yaitu etika yang hanya mempersoalkan masalah
kesenangan.
5. Idealisme yaitu etika yang membicarakan sejumlah teori-teori
etika yang pada umumnya berdasarkan psikologi dan filosofis.
6. Humanistik yaitu etika kemanusiaan, norma-norma yang berhubungan
antara manusia atau antara bangsa.
7. Materialistik yaitu etika yang mempelajari segi-segi etik yang
ditinjau dari segi materialistik (lawan dari idealistik).
D.
Aliran - Aliran dalam Etika
Dalam
filsafat etika terdapat beberapa macam aliran diantaranya:
1.
Aliran tentang teori deontologis.
Deontologis
berasal dari kata yunani yaitu duty
yang berarti kewajiban. Aliran teori teontologis merupakan peraturan baik
buruknya suatu perbuatan yang ditentukan oleh norma-norma moral yang berlaku serta terlapas dari akibat
untung ruginya penerapan norma tersebut dalam keadaan yang konkret. Oleh karena
itu etika ini menekankan untuk berbuat baik. Tindakan baik tidak dinilai dan
dibenarkan berdasarkan akibat serta tujuan baik dari tindakan itu, melainkan
berdasarkan tindakan itu sendiri. Maka suatu tindakan dapat bernilai moral
karena tindakan itu bukan ditentukan oleh akibat baik yang diperoleh si pelaku.
Dua hal yang
telah ditekankan oleh Immanuel Kant yang menceritakan seorang filusuf yang
paling berpengaruh dalam etika deontologi.
a.
Tidak ada
hal di dunia ini yang bisa dianggap baik tanpa kualifikasi kecuali kemajuan
baik untuk menilai baik atau buruk yaitu pertama, harus menilai apakah motifasi
itu baik, apakah kita bertindak sesuai dengan kemauan baik atau tidak. Kemauan
baik itulah yang menjadi kondisi dari semua tindakan baik.
b.
Tindakan
yang baik adalah tindakan yang tidak hanya sesuai dengan kewajiban, melainkan
tindakan yang dijalankan demi kewajiban, misalnya sebagai muslim menjalankan
shalat karena kewajiban.
2. Aliran tentang teori teleologis.
Aliran
tentang teori teleologis mengukur baik atau buruk suatu tindakan berdasarkan
tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu sendiri, atau berdasarkan akibat
yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Dari teori ini muncul dua aliran
teologis yang berbeda yaitu:
a.
Egoisme
Menurut
aliran ini, yang dimaksud egoisme adalah menilai baik atau buruk berdasarkan
manfaat yang diperoleh untuk pribadi.
b.
Utilitarianisme
Utilitarianisme
berasal dari kata utilitas, yang berarti yang berfaedah, yang berguna. Dengan
demikian utilitarianisme adalah menilai baik atau buruknya sesuatu berdasarkan
segi kegunaan dan faedah.
Etika
disebut sebagai universalisme etis, karena menekankan akibat baik yang berguna
bagi semua orang, dan juga disebut utilitarianisme karena menilai baik atau buruk berdasarkan kegunaan dan manfaat dari
tindakan tersebut.
E.
Sifat Dasar Etika
Etika mempunyai sifat yang
mendasar yaitu sifat kritis. Etika mempersoalkan norma-norma yang berlaku
darisetiap lembaga, misalnya sekolah, negara dan agama untuk memberi perintah
atau larangan agar ditaati. Dengan demikian etika menuntut agar manusia
bersifat rasional terhadap semua norma, sehingga etika akhirnya membantu
manusia menjadi lebih otonom. Otonomi manusia tidak terletak pada kebebasan
dari segala norma dan tidak sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan tercapai
kebebasan untuk mengakui norma-norma yang diyakini sebagai kewajiban[2].
Etika dibutuhkan sebagai
pengantar pemikiran kritis yang dapat membedakan antara apa yang sah dan apa
yang tidak benar. Dengan demikian etika memberi kemungkinan kepada kita untuk
mengambil sikap sendiri serta ikut menentukan arah perkembangan masyarakat.
F.
Objek Etika
Objek
penyelidikad etika adalah pertanyaan-pertanyaan moral yang merupakan perwujudan
dari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan dalam bidang moral. Jika
segala macam pernyataan moral diperiksa, maka akan terlihat pada dasarnya hanya
ada dua macam pertanyaan, pertama pertanyaan tentang tindakan manusia, kedua
pertanyaan tentang manusia itu sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian
manusia seperti motif, maksud dan watak[3].
G.
Metode Etika
Ada empat macam pendekatan
dalam menilai suatu pendapat moral yaitu:
a.
Pendekatan
Empiris Deskriptif
Pendekatan ini mengarah pada
penyelidikan, seperti sejak kapan pendapat itu mulai berlaku, bagaimana
tanggapan masyarakat tentang hal tersebut ?. Penyelidikan semacam ini terdapat
dalam etika khusus yaitu mempersoalkan norma-norma tertentu tetapi belum
termasuk etika sendiri.
b.
Pendekatan
Fenomenologis
Pendekatan ini memperlihatkan
bagaimana kiranya kesadaran seseorang yang berpendapat bahwa ia berkewajaiban
akan pernikahannya . Unsur-unsur apa saja yang terlihat dalam kesadaran moral
diperlihatkan dengan seksama. Fenomenologis kesadaran moral ini adalah salah
satu isi pokok etika . Bahkan dengan cara ini kekhususan bidang moral dapat
dikenal, misalnya perbedaan norma-norma moral dan norma-norma kesopanan.
c.
Pendekatan
Normatif
Melalui pendekatan ini, dapat timbul pertanyaan apakah norma
moral yang diterima oleh umum atau dalam masyarakat memang tepat atau tidak,
ataukan harus ditolak ?.
d.
Pendekatan
Metea Etika
Pendekatan ini berusaha
mencegah kekeliruan dan kekaburan dalam penyelidikan fenomenologis dan normatif
dengan cara mempersoalkan arti tepat dari istilah-istilah moral yang mengatur
pertanyaan-pertanyaan moral menurut macamnya, serta mempersoalkan bagaimana
suatu pernyataan moral dapat dibenarkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat etika
merupakan cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan baik atau buruk. Etika terbagi menjadi dua yaitu
deskriptif (memberikan gambaran) dan normatif (memberikan penilaian). Dalam
etika terdapat teori deontologis yang menekankan untuk berbuat baik, dan teori
teleologis yang menekankan pada tujuan yang akan dicapai. Adapun jenis etika
meliputi: ethics algedoncis, business, educcational, hedonistic, idealistic,
humanistic, dan materialistik.
Sifat etika
yang sangat mendasar adalah sifat kritis, yang mempersoalkan norma-norma yang
berlaku dalam setiap lembaga seperti sekolah, negara dan agama. Etika
dibutuhkan sebagai pengantar berpikir kritis yang dapat membedakan antara yang
sah dan yang tidak sah. Sedangkan objek penyelidikan etika adalah
pernyataan-pernyataan moral yang merupakan perwujudan dari pandangan dan
persoalan dalam bidang moral.
DAFTAR PUSTAKA
Bonalba,
Siti. 1981. Sistematika Filsafat.
Bulan Bintang: Jakarta.
Praja,
juhaya. S. 2003. Aliran-Aliran Filsafat
dan Etika. Prenada Media: Jakarta.
Rachels,
James. 2004. Filsafat Moral.
Kanisius: Yogyakarta.
Salam,
Burhanuddin. H. 2000. Etika Individual.
Rikene Cipta: Jakarta.
Surajiyo.
2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.
Bumi Aksara: Jakarta.
Suseno,
Franz Magnis. 2003. 13 Tokoh Etika, Sejak
Zaman Yunani sampai Abad ke-19. Kanisius: yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar