Kamis, 06 Juni 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Jejak-jejak pertama sebuah etika muncul dikalangan murid Pytagoras. Ia lahir pada tahun 570 SM di Samos di Asia Kecil Barat dan kemudian pindah ke daerah Yunani di Italia Selatan. Ia meninggal pada tahun 496 SM. Di sekitar Pytagoras terbentuk lingkaran  murid yang tradisinya diteruskan selama dua ratus tahun. Menurut mereka prinsip-prinsip  matematika merupakan dasar segala realitas. Mereka penganut ajaran reinkarnasi, dan berpendapat badan adalah kubur jiwa. Agar jiwa dapat terbebas dari badan, manusia perlu menempuh jalan pembersihan. Dengan bekerja dan bertapa secara rohani, terutama dengan berfilsafat dan bermatematika, manusia dibebaskan dari keterkaitan indrawi dan dirohanikan.
Seratus tahun kemudian, Demokritos (460-371SM) bukan hanya mengajarkan bahwa segala sesuatu dapat dijelaskan dengan gerakan atom. Sokrates (469-399 SM) tidak meninggalkan tulisan, akan tetapi ajaranya mudah direkonstruksi karena sebagian besar diketahui dari tulisa-tulisan Plato. Dalam dialog-dialog Plato, hampir selalu Sokrates yang menjadi pembicara utama, sehingga tidak mudah untuk memastikan pandangan aslinya atau pandangan Plato sendiri. Melalui dialog, Sokrates mau membawa manusia kepada paham-paham etis yang lebih jelas dengan mengharapkanya pada implikasi anggapanya sendiri. Dengan demikian manusia diantar kepada kesadaran tentang apa yang sebenarnya baik dan bermanfaat.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian etika ?
2.    Apa saja aliran-aliran dalam etika ?
3.    Apa objek penyelidikan etika ?
4.     Apa saja metode-metode dalam etika ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Etika
Etika secara etimologi berasal dari kata yunani yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk[1]. Adapun yang dinilai dari filsafat etika adalah menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata-kata. Sedangkan motif, watak dan suara hati sulit untuk dinilai. Etika merupakan suatu ilmu, bukan sebuah ajaran. Tingkah laku sadar dapat dinilai sedangkan tingkah laku tak sadar tidak dapat dinilai. Sedangkan ruang lingkup etika meliputi bagaimana cara agar dapat hidup lebih baik, berbuat baik dan menghindar dari keburukan.

B.       Pembagian Etika
Etika terbagi menjadi dua yaitu etika diskriptif dan etika normatif. Diskriptif artinya menggambarkan, melukiskan, menceritakan apa adanya tanpa memberikan penilaian,tidak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, serta tidak pula mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Sedangkan etika normatifsudah memberikan penilaian, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan ma na yang harus ditinggal.
Etika normatif terbagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum seperti apakah nilai, suara hati, motifasi perbuatan dan lain sebagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip umum seperti etika dalam pergaulan, etika dalam pekerjaan dan lain sebagainya.
Pembagian etika yang lain adalah etika individual dan etika sosial. Etika individua membicarakan manusia sebagai mahluk individu misalnya tujuan manusia hidup. Sedangkan etika sosial membicarakan antar sesama manusia misalnya baik buruknya sebuah keluarga, masyarakat dan negara.
Etika pada dasarnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggung jawaban dan mau menyingkatkan kekacauan.

C.      Jenis-Jenis Etika
Etika terdiri dari berbagai jenis, antara lain:
1.    Ethics algedoncis yaitu etika yang memperbincangkan masalah kesenangan dan penderitaan (pleasure and pain).
2.    Bussines yaitu etika yang berlaku dalam perhubungan dagang.
3.    Education yaitu etika yang berlaku dalam perhubungan pendidikan.
4.    Hedonisme yaitu etika yang hanya mempersoalkan masalah kesenangan.
5.    Idealisme yaitu etika yang membicarakan sejumlah teori-teori etika yang pada umumnya berdasarkan psikologi dan filosofis.
6.    Humanistik yaitu etika kemanusiaan, norma-norma yang berhubungan antara manusia atau antara bangsa.
7.    Materialistik yaitu etika yang mempelajari segi-segi etik yang ditinjau dari segi materialistik (lawan dari idealistik).

D.      Aliran - Aliran dalam Etika  
Dalam filsafat etika terdapat beberapa macam aliran diantaranya:
1.      Aliran tentang teori deontologis.
Deontologis berasal dari kata yunani yaitu duty yang berarti kewajiban. Aliran teori teontologis merupakan peraturan baik buruknya suatu perbuatan yang ditentukan oleh norma-norma  moral yang berlaku serta terlapas dari akibat untung ruginya penerapan norma tersebut dalam keadaan yang konkret. Oleh karena itu etika ini menekankan untuk berbuat baik. Tindakan baik tidak dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat serta tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri. Maka suatu tindakan dapat bernilai moral karena tindakan itu bukan ditentukan oleh akibat baik yang diperoleh si pelaku.
Dua hal yang telah ditekankan oleh Immanuel Kant yang menceritakan seorang filusuf yang paling berpengaruh dalam etika deontologi.
a.       Tidak ada hal di dunia ini yang bisa dianggap baik tanpa kualifikasi kecuali kemajuan baik untuk menilai baik atau buruk yaitu pertama, harus menilai apakah motifasi itu baik, apakah kita bertindak sesuai dengan kemauan baik atau tidak. Kemauan baik itulah yang menjadi kondisi dari semua tindakan baik.
b.      Tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak hanya sesuai dengan kewajiban, melainkan tindakan yang dijalankan demi kewajiban, misalnya sebagai muslim menjalankan shalat karena kewajiban.

2.      Aliran tentang teori teleologis.
Aliran tentang teori teleologis mengukur baik atau buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu sendiri, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Dari teori ini muncul dua aliran teologis yang berbeda yaitu:
a.       Egoisme
Menurut aliran ini, yang dimaksud egoisme adalah menilai baik atau buruk berdasarkan manfaat yang diperoleh untuk pribadi.
b.      Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata utilitas, yang berarti yang berfaedah, yang berguna. Dengan demikian utilitarianisme adalah menilai baik atau buruknya sesuatu berdasarkan segi kegunaan dan faedah.
Etika disebut sebagai universalisme etis, karena menekankan akibat baik yang berguna bagi semua orang, dan juga disebut utilitarianisme karena menilai baik atau buruk berdasarkan kegunaan dan manfaat dari tindakan tersebut.

E.       Sifat Dasar Etika
Etika mempunyai sifat yang mendasar yaitu sifat kritis. Etika mempersoalkan norma-norma yang berlaku darisetiap lembaga, misalnya sekolah, negara dan agama untuk memberi perintah atau larangan agar ditaati. Dengan demikian etika menuntut agar manusia bersifat rasional terhadap semua norma, sehingga etika akhirnya membantu manusia menjadi lebih otonom. Otonomi manusia tidak terletak pada kebebasan dari segala norma dan tidak sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan tercapai kebebasan untuk mengakui norma-norma yang diyakini sebagai kewajiban[2].
Etika dibutuhkan sebagai pengantar pemikiran kritis yang dapat membedakan antara apa yang sah dan apa yang tidak benar. Dengan demikian etika memberi kemungkinan kepada kita untuk mengambil sikap sendiri serta ikut menentukan arah perkembangan masyarakat.

F.       Objek Etika
Objek penyelidikad etika adalah pertanyaan-pertanyaan moral yang merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan dalam bidang moral. Jika segala macam pernyataan moral diperiksa, maka akan terlihat pada dasarnya hanya ada dua macam pertanyaan, pertama pertanyaan tentang tindakan manusia, kedua pertanyaan tentang manusia itu sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian manusia seperti motif, maksud dan watak[3].

G.      Metode Etika
Ada empat macam pendekatan dalam menilai suatu pendapat moral yaitu:
a.       Pendekatan Empiris Deskriptif
Pendekatan ini mengarah pada penyelidikan, seperti sejak kapan pendapat itu mulai berlaku, bagaimana tanggapan masyarakat tentang hal tersebut ?. Penyelidikan semacam ini terdapat dalam etika khusus yaitu mempersoalkan norma-norma tertentu tetapi belum termasuk etika sendiri.

b.      Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan ini memperlihatkan bagaimana kiranya kesadaran seseorang yang berpendapat bahwa ia berkewajaiban akan pernikahannya . Unsur-unsur apa saja yang terlihat dalam kesadaran moral diperlihatkan dengan seksama. Fenomenologis kesadaran moral ini adalah salah satu isi pokok etika . Bahkan dengan cara ini kekhususan bidang moral dapat dikenal, misalnya perbedaan norma-norma moral dan norma-norma kesopanan.
c.       Pendekatan Normatif
Melalui pendekatan ini, dapat timbul pertanyaan apakah norma moral yang diterima oleh umum atau dalam masyarakat memang tepat atau tidak, ataukan harus ditolak ?.
d.      Pendekatan Metea Etika
Pendekatan ini berusaha mencegah kekeliruan dan kekaburan dalam penyelidikan fenomenologis dan normatif dengan cara mempersoalkan arti tepat dari istilah-istilah moral yang mengatur pertanyaan-pertanyaan moral menurut macamnya, serta mempersoalkan bagaimana suatu pernyataan moral dapat dibenarkan.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Filsafat etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik atau buruk. Etika terbagi menjadi dua yaitu deskriptif (memberikan gambaran) dan normatif (memberikan penilaian). Dalam etika terdapat teori deontologis yang menekankan untuk berbuat baik, dan teori teleologis yang menekankan pada tujuan yang akan dicapai. Adapun jenis etika meliputi: ethics algedoncis, business, educcational, hedonistic, idealistic, humanistic, dan materialistik.
Sifat etika yang sangat mendasar adalah sifat kritis, yang mempersoalkan norma-norma yang berlaku dalam setiap lembaga seperti sekolah, negara dan agama. Etika dibutuhkan sebagai pengantar berpikir kritis yang dapat membedakan antara yang sah dan yang tidak sah. Sedangkan objek penyelidikan etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang merupakan perwujudan dari pandangan dan persoalan dalam bidang moral.


DAFTAR PUSTAKA

Bonalba, Siti. 1981. Sistematika Filsafat. Bulan  Bintang: Jakarta.
Praja, juhaya. S. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Prenada Media: Jakarta.
Rachels, James. 2004. Filsafat Moral. Kanisius: Yogyakarta.
Salam, Burhanuddin. H. 2000. Etika Individual. Rikene Cipta: Jakarta.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Bumi Aksara: Jakarta.
Suseno, Franz Magnis. 2003. 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani sampai Abad ke-19. Kanisius: yogyakarta.


[1] Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Bumi Aksara: Jakarta.
[2] Juhaya, Praja. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Prenada Meadia: Jakarta. hlm. 59.
[3] Ibid. hlm. 60.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar